LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR BIOTEKNOLOGI
PESTISIDA
NABATI
NAMA : SRIAPRIANTI FRANSISKA
NIM : G11111263
KELAS : B
KELOMPOK : 2
ASISTEN : MEITRIANA ANDIKAYANI
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam produksi pertanian tidak
terlepas dari yang namanya faktor produksi. Salah satu faktor produksi adalah
pengunaan pestisida untuk membasmi hama yang menyerang tanaman budidaya petani karena
dapat menimbulkan kerusakan serta kerugian pada tanaman atau hasil olahannya.
Yang akan diuraikan disini adalah biopestisida yang terbuat
dari tanaman sehingga disebut Pestisida Nabati. Biopestisida adalah pestisida
yang bahan dasarnya berasal dari bahan hidup. Kandungan bahan kimia dalam
tanaman tersebut menunjukkan bioaktivitas pada serangga, seperti bahan penolak
(repellent), penghambat makan (antifeedant), penghambat perkembangan serangga
(insect growth regulator), dan penghambat peneluran (oviposition
deterrent). Biopestisida sekarang mulai banyak diminati oleh petani karena
harga pestisida kimia sangat mahal. Pada umumnya petani menggunakan pestisida
kimia untuk menekan kerusakan tanaman tersebut, karena dianggap lebih cepat
memberikan efek hasil, mudah diaplikasikan serta mudah untuk mendapatkannya.
Dalam perkembangannya, disadari bahwa penggunaan pestisida kimia dapat
menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Selain itu penyemprotan
pestisida kimia yang tidak bijaksana menyebabkan kekebalan terhadap hama dan
menimbulkan pencemaran lingkungan dan memberikan efek negatif pada
kesehatan manusia Hal tersebut mendorong seseorang untuk meminimalkan
penggunaan pestisida kimia, dengan cara memanfaatkan agen pengendali hayati.
Penggunaan agen pengendali hayati dalam mengendalikan OPT semakin
berkembang, karena cara ini lebih unggul dibanding pengendalian berbasis
pestisida kimia. Beberapa keunggulan tersebut adalah aman bagi manusia, musuh
alami dan lingkungan, dapat mencegah ledakan hama sekunder, produk
pertanian yang dihasilkan bebas dari residu pestisida, terdapat
disekitar pertanaman sehingga dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap
pestisida sintetis dan menghemat biaya
produksi.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka praktikum mengenai biopestisida ini
sangat penting untuk dilakukan untuk menambah wawasan mengenai pengendalian
organisme pengganggu tanaman menggunakan
agen hayati. Dan dapat memperkenalkan penggunaan biopestisida untuk mengurangi
penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama yang dapat membawa dampak buruk
bagi lingkungan sekitar.
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses pembuatan
biopestisida dalam pengendalian organisme penggangu tanaman seperti hama.
Kegunaan praktikum ini yaitu untuk memanfaatkan bagian tanaman untuk
pembuatan biopestisida, mengurangi dampak buruk penggunaan pestisida dalam
pengendalian organisme pengganggu tanaman baik dampak pada lingkungan maupun
pada organisme sekitar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Istilah
biopestisida terdiri dari tiga suku kata, yaitu bio, pest dan sida. Bio artinya
hidup. Pest artinya hama atau organisme pengganggu yang dapat berupa penyakit
atau bahkan menyebabkan kematian. Sida artinya pembunuh. Jadi biopestisida
dapat diartikan sebagai semua bahan hayati, baik berupa tanaman, hewan, mikroba
atau protozoa yang dapat digunakan untuk memusnahkan hama dan penyebab penyakit
pada manusia, hewan, dan tanaman. Dalam istilah Indonesia sering juga para
pakar di biang ini menyebutnya dengan
istilah agensia pengendali hayati (Untung, 2009).
Biopestisida dapat diartikan sebagaimana semua bahan hayati,
baik berupa tanaman, hewan, mikroba, atau protozoa yang dapat digunakan untuk
mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman. Penggunanya memberikan banyak
manfaat. Selain efektif mengendalikan hama dan penyakit, ternyata terbukti dapat
meningkatkan hasil panen. Penggunaan Biopestisida pun umumnya lebih efektif
pada dosis rendah dan cepat terurai sehingga pemaparannya lebih rendah dan
terhindar dari masalah pencemaran. Lain hanya pestisida kimia yang sering kali
menimbulkan dampak residu (Anonim, 2012).
Berdasarkan asalnya, biopestisida dapat dibedakan menjadi dua
yakni pestisida nabati dan pestisida sintetik. Pestisida nabati merupakan hasil
ekstraksi bagian tertentu dari tanaman baik dari daun, buah, biji atau akar
yang senyawa atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan
penyakit tertentu. Pestisida nabati pada umumnya digunakan untuk mengendalikan
hama (bersifat insektisidal) maupun penyakit (bersifat bakterisidal) (Anonim,
2012).
Biopestisida
atau pestisida hayati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari
mikrooeganisme seperti cendawan, bakteri, nematoda atau virus. Berbeda dengan
pestisida yang mengandung zat racun, sehingga berbahaya bagi lingkungan dan
kesehatan biopestisida dan pestisida nabati lebih ramah lingkungan dan tidak
berbahaya bagi kesehatan manusia (Meidiantie, 2010).
Pestisida
sintetis memiliki bahan aktif dari hasil sintesa kimia yang terdiri atas
beberapa golongan. Untuk meminimalkan kandungan residu pestisida sintetik sampai
di bawah Batas Maksimum Residu (BMR) yang diizinkan dan meningkatkan
efektivitasnya dalam aplikasi, maka perlu memperhatikan pemilihan jenis
pestisida yang sesui dengan OPT sasaran. Jenis pestisida yang dipilih dan
digunakan juga harus bersifat tidak persisten(mudah terurai pada kondisi
lapangan) atau mempunyai waktu paruh yang baik (Enceng, 2012).
Menurut
(Untung, 2009), biopestisida juga diistilahkan sebagai pestisida biorasional.
Artinya, tidak mengakibatkan pemusnahan total dari populasi hama yang ada dan
organisme lain yang tidak menjadi targer perlakuan. Lembaga perlindungan
lingkungan Amerika Serikikat (US-EPA) memilahnya menjadi tiga kelompok besar.
Pemilahan ini menjadi banyak rujukan lembaga lain didunia, termasuk Badan
Pertanian dan Pangan Dunia (FAO) serta Badan Kesehatan Dunia (WHO).
1.
Pestisida mikrobial (microbial
pesticide), yaitu jenis produk biopestisida yang mengandung mikroorganisme
(bakteri, virus, fungi, dan protozoa)sebagai bahan aktif. Secara sempit
kelompok ini sering disebut agen pengendali hayati atau agen hayati (biological
control agens).
2.
Protektan-Bagian-Integral- Tanaman
(PBIT) atau Plant Incoporated Protectans (PIPs), yaitu bahan materi genetik
bersifat pestisidal artinya faktor keturunana (DNA) yang dapat membentuk
senyawa bersifat racun ditambahkan atau dimasukkan ke dalam tanaman. Kelompok
ini sering disebut sebagai tanaman transgenik (transgenic plant pesticides).
3.
Pestisida biokimia(biochemical
pesticides), yaitu bahan alami (natural product) yang digunakan untuk
mengendalikan hama dengan mekanisme nontoksik. Yang termasuk bahan alami ini
diantaranya feromonoid sex (sex pheromone) dan berbagai ekstrak tanaman yang dapat
memikat serangga hama. Pestisida yang berasal dari tanaman termasuk ke dalam
kelompok pestisida biokimia.
Dalam (Anonim,
2012) berikut keunggulan dan kelemahan biopestisida :
Keunggulan
1. Murah
dan mudah dibuat
2. Relatif
aman terhadap lingkungan
3. Kandungan
bahan kimianya tidak menimbulkan residu pada tanaman
4. Tidak
mudah menimbulkan kekebalan hama
5. Menghasilkan
produk pertanian yang sehat.
Kelemahan
1. Daya
kerjanya relatif lambat
2. Tidak
membunuh langsung hama sasaran
3. Tidak
tahan sinar matahari dan tidak tanan simpan
4. Kurang
praktis
5. Perlu
penyemprotan yang berulang-ulang.
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian, Gedung Pusat Kegiatan
Penelitian(PKP) lantai 4, Universitas Hasanuddin, Makassar, pada hari Kamis, 2 April 2012, pukul 14.20-13.20 WITA.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah ember, blender, saringan dan pengaduk.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah daun galinggang, gula merah, EM4 dan air.
3.3
Prosedur Kerja
Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah :
1.
Menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan,
2.
Memisahkan daun galinggang dari tangkai dan tulang
daun,
3.
Menghaluskan daun dengan blender. Pada saat
penghalusan, daun di tambah dengan air untuk memudahkan proses penghalusan,
4.
Masukkan daun yang telah halus ke dalam ember,
tambahkan gula merah yang telah dilarutkan sebelumnya kemudian larutan EM4,
5.
Aduk semua bahan hingga tercampur merata,
6.
Tutup rapat ember.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Pada saat pembuatan biopestisida hal-hal yang
harus dilakukan yaitu:
1. Menyiapakan
alat dan bahan
2. Memisahkan daun dari tangkai dan tulang daun
3.
Menghaluskan daun
4.
Menambahkan larutan gula merah pada bahan yang
telah dihaluskan
5.
Menambahkan EM4
4.2
Pembahasan
Praktikum
pembuatan pesisida nabati ini menggunakan bahan organik berupa daun yaitu daun galinggang
sebagai bahan utamanya. Kemudian digunakan pula effective microorganisms-4
biasa disingkat EM-4 adalah suatu kultur campuran beberapa mikroorganisme.
Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam lingkungan hidup tanaman sebagai
penekan dan pengendali perkembangan hama dan penyakit. EM merupakan kultur
campuran dari mikroorganisme fermentasi (peragian) dan sintetik (penggabungan)
yang bekerja secara sinergis (saling menunjang ) untuk memfermentasi bahan
organik. Bahan organik tersebut berupa sampah, kotoran ternak, serasah, rumput
dan daun-daunan. Melalui proses fermentasi bahan organik diubah kedalam bentuk
gula, alcohol dan asam amino sehingga bisa diserap oleh tanaman.
Fungsi atau kegunaan dari EM-4 sebagai
bahan dasar fermentasi (proses endapan menggunakan bakteri) untuk pembuatan
pestisida nabati yaitu mempercepat proses dekomposisi (pembusukan). Secara
umum manfaat Teknologi EM-4 dalam bidang pertanian adalah memperbaiki
sifat biologis, fisik dan kimia tanah; meningkatkan produksi tanaman dan
menjaga kestabilan produksi; memfermentasi bahan organik tanah dan mempercepat
dekomposisi; menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian berwawasan
lingkunga; meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah.
Selain EM4, bahan lain yang digunakan yaitu
gula merah. Gula merah merupakan makanan bagi mikroorganisme yang ada dalam
larutan EM4 karena EM-4 mengandung beberapa mikroorganisme utama yaitu bakteri
fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi ( yeast ),actinomycetes dan jamur
fermentasi.
Pembuatan biopestisida dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetik/kimia yang dapat membawa dampak buruk bagi lingkungan maupun manusia. Yang tanpa
kita sadari disadari penggunaan pestisida kimia dapat menyebabkan kerusakan
pada lingkungan dan memberikan efek negatif pada kesehatan manusia. Penggunaan
biopestisida juga memiliki banyak keunggulan diantaranya ramah lingkungan dan
dapat menurunkan biaya petani dalam pengendalian OPT pada tanaman. Beberapa
keunggulan tersebut adalah aman bagi manusia, musuh alami dan lingkungan, dapat
mencegah ledakan hama sekunder, produk pertanian yang dihasilkan bebas dari
residu pestisida, dan menghemat biaya produksi karena biaya pengendalian OPT
berlebih.
Selain memiliki keunggulan penggunaan biopestisida ini juga memiliki
kekurangan seperti tidak langsung membunuh hama dan bekerja lambat sehingga perlu berkali-kali penyemprotan, tidak tahan sinar matahari, tidak tahan
simpan. Adapun kendala
dalam pembuatan biopestisida yaitu kurangnya pemahaman dengan pembuatan dan
manfaat penggunaan biopestisida dan sosialisasi yang masih minim terhadap
masyarakat khususnya petani tentang dampak buruk pestisida kimia dan keunggulan
biopestisida.