KATEGORI

Sabtu, 07 April 2012

Laporan Pengenalan Alat Kultur Jaringan


LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR BIOTEKNOLOGI

PENGENALAN ALAT DAN BAHAN



NAMA            : SRIAPRIANTI FRANSISKA
NIM                : G11111263
KELAS           : B
KELOMPOK : 2
ASISTEN       : MEITRIANA ANDIKAYANI


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

Biopestisida


LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR BIOTEKNOLOGI

PESTISIDA NABATI





NAMA            : SRIAPRIANTI FRANSISKA
NIM                : G11111263
KELAS           : B
KELOMPOK : 2
ASISTEN       : MEITRIANA ANDIKAYANI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam produksi pertanian tidak terlepas dari yang namanya faktor produksi. Salah satu faktor produksi adalah pengunaan pestisida untuk membasmi hama yang menyerang tanaman budidaya petani karena dapat menimbulkan kerusakan serta kerugian pada tanaman atau hasil olahannya.
Yang akan diuraikan disini adalah biopestisida yang terbuat dari tanaman sehingga disebut Pestisida Nabati. Biopestisida adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari bahan hidup. Kandungan bahan kimia dalam tanaman tersebut menunjukkan bioaktivitas pada serangga, seperti bahan penolak (repellent), penghambat makan (antifeedant), penghambat perkembangan serangga (insect growth regulator), dan penghambat peneluran (oviposition  deterrent). Biopestisida sekarang mulai banyak diminati oleh petani karena harga pestisida kimia sangat mahal. Pada umumnya petani menggunakan pestisida kimia untuk menekan kerusakan tanaman tersebut, karena dianggap lebih cepat memberikan efek hasil, mudah diaplikasikan serta mudah untuk mendapatkannya.
Dalam perkembangannya, disadari bahwa penggunaan pestisida kimia dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Selain itu penyemprotan pestisida kimia yang tidak bijaksana menyebabkan kekebalan terhadap hama dan menimbulkan pencemaran lingkungan dan memberikan efek negatif pada kesehatan manusia Hal tersebut mendorong seseorang untuk meminimalkan penggunaan pestisida kimia, dengan cara memanfaatkan agen pengendali hayati.
Penggunaan agen pengendali hayati dalam mengendalikan OPT semakin berkembang, karena cara ini lebih unggul dibanding pengendalian berbasis pestisida kimia. Beberapa keunggulan tersebut adalah aman bagi manusia, musuh alami dan lingkungan, dapat mencegah ledakan hama sekunder, produk pertanian yang dihasilkan bebas dari residu pestisida, terdapat disekitar pertanaman sehingga dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pestisida sintetis dan  menghemat biaya produksi.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka praktikum mengenai biopestisida ini sangat penting untuk dilakukan untuk menambah wawasan mengenai pengendalian organisme pengganggu tanaman  menggunakan agen hayati. Dan dapat memperkenalkan penggunaan biopestisida untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama yang dapat membawa dampak buruk bagi lingkungan sekitar.

1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses pembuatan biopestisida dalam pengendalian organisme penggangu tanaman seperti hama.
Kegunaan praktikum ini yaitu untuk memanfaatkan bagian tanaman untuk pembuatan biopestisida, mengurangi dampak buruk penggunaan pestisida dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman baik dampak pada lingkungan maupun pada organisme sekitar.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Istilah biopestisida terdiri dari tiga suku kata, yaitu bio, pest dan sida. Bio artinya hidup. Pest artinya hama atau organisme pengganggu yang dapat berupa penyakit atau bahkan menyebabkan kematian. Sida artinya pembunuh. Jadi biopestisida dapat diartikan sebagai semua bahan hayati, baik berupa tanaman, hewan, mikroba atau protozoa yang dapat digunakan untuk memusnahkan hama dan penyebab penyakit pada manusia, hewan, dan tanaman. Dalam istilah Indonesia sering juga para pakar di biang ini menyebutnya  dengan istilah agensia pengendali hayati (Untung, 2009).
Biopestisida dapat diartikan sebagaimana semua bahan hayati, baik berupa tanaman, hewan, mikroba, atau protozoa yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman. Penggunanya memberikan banyak manfaat. Selain efektif mengendalikan hama dan penyakit, ternyata terbukti dapat meningkatkan hasil panen. Penggunaan Biopestisida pun umumnya lebih efektif pada dosis rendah dan cepat terurai sehingga pemaparannya lebih rendah dan terhindar dari masalah pencemaran. Lain hanya pestisida kimia yang sering kali menimbulkan dampak residu (Anonim, 2012).
Berdasarkan asalnya, biopestisida dapat dibedakan menjadi dua yakni pestisida nabati dan pestisida sintetik. Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman baik dari daun, buah, biji atau akar yang senyawa atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit tertentu. Pestisida nabati pada umumnya digunakan untuk mengendalikan hama (bersifat insektisidal) maupun penyakit (bersifat bakterisidal) (Anonim, 2012).
          Biopestisida atau pestisida hayati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari mikrooeganisme seperti cendawan, bakteri, nematoda atau virus. Berbeda dengan pestisida yang mengandung zat racun, sehingga berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan biopestisida dan pestisida nabati lebih ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia (Meidiantie, 2010).
            Pestisida sintetis memiliki bahan aktif dari hasil sintesa kimia yang terdiri atas beberapa golongan. Untuk meminimalkan kandungan residu pestisida sintetik sampai di bawah Batas Maksimum Residu (BMR) yang diizinkan dan meningkatkan efektivitasnya dalam aplikasi, maka perlu memperhatikan pemilihan jenis pestisida yang sesui dengan OPT sasaran. Jenis pestisida yang dipilih dan digunakan juga harus bersifat tidak persisten(mudah terurai pada kondisi lapangan) atau mempunyai waktu paruh yang baik (Enceng, 2012).
            Menurut (Untung, 2009), biopestisida juga diistilahkan sebagai pestisida biorasional. Artinya, tidak mengakibatkan pemusnahan total dari populasi hama yang ada dan organisme lain yang tidak menjadi targer perlakuan. Lembaga perlindungan lingkungan Amerika Serikikat (US-EPA) memilahnya menjadi tiga kelompok besar. Pemilahan ini menjadi banyak rujukan lembaga lain didunia, termasuk Badan Pertanian dan Pangan Dunia (FAO) serta Badan Kesehatan Dunia (WHO).
1.      Pestisida mikrobial (microbial pesticide), yaitu jenis produk biopestisida yang mengandung mikroorganisme (bakteri, virus, fungi, dan protozoa)sebagai bahan aktif. Secara sempit kelompok ini sering disebut agen pengendali hayati atau agen hayati (biological control agens).
2.      Protektan-Bagian-Integral- Tanaman (PBIT) atau Plant Incoporated Protectans (PIPs), yaitu bahan materi genetik bersifat pestisidal artinya faktor keturunana (DNA) yang dapat membentuk senyawa bersifat racun ditambahkan atau dimasukkan ke dalam tanaman. Kelompok ini sering disebut sebagai tanaman transgenik (transgenic plant pesticides).
3.      Pestisida biokimia(biochemical pesticides), yaitu bahan alami (natural product) yang digunakan untuk mengendalikan hama dengan mekanisme nontoksik. Yang termasuk bahan alami ini diantaranya feromonoid sex (sex pheromone) dan berbagai ekstrak tanaman yang dapat memikat serangga hama. Pestisida yang berasal dari tanaman termasuk ke dalam kelompok pestisida biokimia.
Dalam (Anonim, 2012) berikut keunggulan dan kelemahan biopestisida :
Keunggulan
1.      Murah dan mudah dibuat
2.      Relatif aman terhadap lingkungan
3.      Kandungan bahan kimianya tidak menimbulkan residu pada tanaman
4.      Tidak mudah menimbulkan kekebalan hama
5.      Menghasilkan produk pertanian yang sehat.
Kelemahan
1.      Daya kerjanya relatif lambat
2.      Tidak  membunuh  langsung  hama  sasaran
3.      Tidak tahan  sinar  matahari  dan  tidak tanan  simpan
4.      Kurang  praktis
5.      Perlu  penyemprotan  yang  berulang-ulang.









BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
            Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian, Gedung Pusat Kegiatan Penelitian(PKP) lantai 4, Universitas Hasanuddin, Makassar, pada hari Kamis, 2 April 2012, pukul 14.20-13.20 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah ember, blender, saringan dan pengaduk.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun galinggang, gula merah, EM4 dan air.
3.3 Prosedur Kerja
            Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah :
1.      Menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan,
2.      Memisahkan daun galinggang dari tangkai dan tulang daun,
3.      Menghaluskan daun dengan blender. Pada saat penghalusan, daun di tambah dengan air untuk memudahkan proses penghalusan,
4.      Masukkan daun yang telah halus ke dalam ember, tambahkan gula merah yang telah dilarutkan sebelumnya kemudian larutan EM4,
5.      Aduk semua bahan hingga tercampur merata,
6.      Tutup rapat ember.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada saat pembuatan biopestisida hal-hal yang harus dilakukan yaitu:
1.      Menyiapakan alat dan bahan
           
2.      Memisahkan  daun dari tangkai dan tulang daun
3.      Menghaluskan daun

4.      Menambahkan larutan gula merah pada bahan yang telah dihaluskan
5.      Menambahkan EM4
        
4.2 Pembahasan
            Praktikum pembuatan pesisida nabati ini menggunakan bahan organik berupa daun yaitu daun galinggang sebagai bahan utamanya. Kemudian digunakan pula effective microorganisms-4 biasa disingkat EM-4 adalah suatu kultur campuran beberapa mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam lingkungan hidup tanaman sebagai penekan dan pengendali perkembangan hama dan penyakit. EM merupakan kultur campuran dari mikroorganisme fermentasi (peragian) dan sintetik (penggabungan) yang bekerja secara sinergis (saling menunjang ) untuk memfermentasi bahan organik. Bahan organik tersebut berupa sampah, kotoran ternak, serasah, rumput dan daun-daunan. Melalui proses fermentasi bahan organik diubah kedalam bentuk gula, alcohol dan asam amino sehingga bisa diserap oleh tanaman.
            Fungsi atau kegunaan dari EM-4 sebagai bahan dasar fermentasi (proses endapan menggunakan bakteri) untuk pembuatan pestisida nabati yaitu mempercepat proses dekomposisi (pembusukan). Secara umum manfaat Teknologi EM-4 dalam bidang pertanian adalah memperbaiki sifat biologis, fisik dan kimia tanah; meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi; memfermentasi bahan organik tanah dan mempercepat dekomposisi; menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian berwawasan lingkunga; meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah.
 Selain EM4, bahan lain yang digunakan yaitu gula merah. Gula merah merupakan makanan bagi mikroorganisme yang ada dalam larutan EM4 karena EM-4 mengandung beberapa mikroorganisme utama yaitu bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi ( yeast ),actinomycetes dan jamur fermentasi.
Pembuatan biopestisida dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetik/kimia yang dapat membawa dampak buruk bagi lingkungan maupun manusia. Yang tanpa kita sadari disadari penggunaan pestisida kimia dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan memberikan efek negatif pada kesehatan manusia. Penggunaan biopestisida juga memiliki banyak keunggulan diantaranya ramah lingkungan dan dapat menurunkan biaya petani dalam pengendalian OPT pada tanaman. Beberapa keunggulan tersebut adalah aman bagi manusia, musuh alami dan lingkungan, dapat mencegah ledakan hama sekunder, produk pertanian yang dihasilkan bebas dari residu pestisida, dan menghemat biaya produksi karena biaya pengendalian OPT berlebih.
Selain memiliki keunggulan penggunaan biopestisida ini juga memiliki kekurangan seperti tidak langsung membunuh hama dan bekerja lambat sehingga perlu berkali-kali penyemprotan, tidak tahan sinar matahari, tidak tahan simpan. Adapun kendala dalam pembuatan biopestisida yaitu kurangnya pemahaman dengan pembuatan dan manfaat penggunaan biopestisida dan sosialisasi yang masih minim terhadap masyarakat khususnya petani tentang dampak buruk pestisida kimia dan keunggulan biopestisida.